Di suatu waktu ada seorang gadis cantik yang berdoa
agar memiliki suami seorang putra tunggal dari keluarga kaya. Dengan
harapan sederhana, biar menemukan surga di masa muda. Entah dari mana
datangnya kekuatan, doanya dikabulkan. Ia memang dinikahi oleh seorang
pemuda gagah anak tunggal keluarga yang sangat kaya.
Sayangnya, surga yang didambakan wanita cantik ini tidak kesampaian. Ibu mertuanya tidak saja galak dan kasar, tapi juga sangat curiga dengan niat baik gadis ini. Sebagai akibatnya, jadilah kehidupan seperti ayam kelaparan di tengah lumbung padi. Semua arah adalah salah. Semua tingkah bikin hati jadi gelisah. Setelah lewat beberapa bulan, wanita pengantin baru ini mulai kepanasan dan tidak tahan hidup di neraka bumi yang tidak kebayang panasnya.
Untuk itu, ia datang ke seorang dukun sekaligus Guru spiritual yang
hatinya baik sekali. Sambil menangis ia bercerita tentang pernikahannya
yang gagal, rumahnya yang menyerupai neraka, sampai dengan nyaris bunuh
diri. Di ujung tangisannya, ia minta racun yang akan diletakkan di
minuman ibu mertuanya.
Sambil tersenyum Pak dukun bergumam seperti ini: “saya punya racun
yang bekerja pelan sekali sehingga tidak terlalu kelihatan kalau Anda
meracuni mertua. Tapi racun ini hanya bekerja kalau Anda melaksanakan
syaratnya secara sempurna”. Dengan tidak sabar, wanita gelisah ini
bertanya syaratnya. Syaratnya cuman satu, demikian Guru ini berpesan:
“layani ibu mertuamu sesempurna Anda menyembah Dewi Kuan Im”.
Sejak hari itu wanita ini merubah semua sikapnya pada mertua. Ia
menyembah mertuanya sesempurna ia menyembah Dewi Kwan Im. Sebelum
mertuanya bangun, ia sudah bangun mempersiapkan semua hal agar ibu
mertuanya merasa aman dan nyaman. Dari menyiapkan sandal, handuk hangat,
kamar mandi yang bersih sampai sarapan yang tanpa noda. Tidak ada menit
dan detik di mana ibu mertuanya ditinggalkan. Semuanya dilayani
sesempurna melayani Dewi Kuan Im.
Dalam waktu tiga bulan, mertuanya juga berubah total. Dari kata-kata
yang keras menjadi kata-kata yang lembut. Dari sikap curiga menjadi
penuh cinta. Dari menyerang menjadi penyayang. Melihat perubahan seperti
ini, di bulan ke empat wanita yang sudah terlanjur memasukkan racun ke
minuman mertuanya ini kemudian mulai gelisah dan dikejar rasa bersalah.
Maka baliklah dia ke rumah Pak dukun.
Kali ini lagi-lagi wanita ini menangis, cuman dengan permintaan yang
sebaliknya yakni meminta obat yang menetralisir racun. Dengan tertawa
Guru ini bergumam: “saya tidak punya obat penawar”. Mendengar jawaban
seperti ini, wanita stres ini mengancam bunuh diri. Dan sambil tertawa
gembira Pak dukun berpesan: “saya tidak pernah memberikan racun ke Anda
dan siapa pun. Yang saya berikan empat bulan lalu hanya multi vitamin”.
Dan Anda pun boleh tersenyum membaca cerita ini. Pesan cerita ini
sederhana, hidup serupa berlayar, jangan pernah merubah angin, rubah
layarnya. Jangan terlalu bertenaga merubah orang lain, lebih-lebih orang
yang lebih tua, lebih tinggi pangkat dan derajatnya. Fokuskan energi
pada merubah diri sendiri. Dan kemudian lihat, bagaimana hidup juga
berubah.
Dan energi di dalam yang paling cepat bisa merubah diri sendiri dan
orang lain bernama belas kasih (compassion). Sederhananya, pandang semua
makhluk sebagai jiwa-jiwa yang menderita. Makian, cacian, serangan
mereka hanya cara jiwa di dalam diri mereka untuk minta tolong. Dan rasa
sakit di dalam diri kita, hanya sebentuk energi yang mengingatkan bahwa
kita ada di sini untuk menolong mereka.
Dan indahnya belas kasih - sebagaimana kisah mertua dan menantunya di
atas, ia menyembuhkan kedua belah pihak. Ia menyembuhkan yang dilayani
sekaligus yang melayani. Meminjam salah satu temuan guru besar psikologi
dari Harvard bernama Daniel Goleman, tatkala seorang yogi asli Tibet
memeditasikan belas kasih di tengah mesin MRI, gerakan neuron di bagian
otak yang berfungsi untuk kesembuhan meningkat hingga delapan ratus
persen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar